Fungsi Sastra Lisan Tepung Tawar Natuna
DOI:
https://doi.org/10.24090/jnr.v4i1.9417Keywords:
tepung tawar, maritim, agraris, konteks, sastra lisanAbstract
Natuna sebagai wilayah kepulauan, tidak hanya bergantung dan hidup dari kemaritiman, tetapi juga kehidupan agraris. Sastra lisan Natuna yang menjadi objek material pada penelitian ini adalah sastra lisan tepung tawar yang masih berbentuk lisan. Rumusan masalah penelitian ini apa saja fungsi sastra lisan kaitannya dengan konteks sosial budaya maritim dan agraris. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan funsi sastra lisan Ruth Finnegan. Sementara tujuan penelitian ini mengungkapkan fungsi sastra lisan tepung tawar kaitannya dengan sosial budaya maritim dan agraris. Proses wawancara, perekaman, dan observasi lapangan dilakukan di Kecamatan Pulau Tiga Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sastra lisan tepung tawar memenuhi kedua konteks sosial budaya agraris dan maritim. Konteks sosial budaa maritim lebih unggul daripada konteks sosial budaya agraris jika dilihat secara keseluruhan. Sementara hubungan dengan masyarakat lebih diutamakan daripada hubungan dengan alam dan hubungan dengan Tuhan, baik konteks sosial budaya maritim maupun agraris.References
Andalas, E. F. (2016). Sastra Lisan Lakon Lahire Panji Pada Pertunjukan Wayang Topeng Malang Padepokan Mangun Dharma (Kajian Sastra Lisan Ruth H Finnegan). Universitas Airlangga.
Anoegrajekti, N. (2020). Ritual Agraris dan Bahari. Yogyakarta: Cantrik Pustaka.
Anoegrajekti, N., & Macaryus, S. (2018). Sastra Lisan Berbasis Industri Kreatif: Ruang Penyimpanan, Pengembangan, dan Identitas. Atavisme, 21(1), 68–80.
Anwardi, & Kharisma, O. B. (2023). Peningkatan Nilai Ekonomi Desa Kayu Raja Melalui Pelatihan Pengolahan Buah pinang dengan Teknologi Tepat Guna. Wikrama Parahita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 7(1), 117–122.
Arman, D.-. (2022). Usaha Perkebunan Gambir Di Kepulauan Riau Pada Abad Ke-19. Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial Dan Humaniora, 8(1), 123–136.
Destriyadi. (2019). Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Natuna: Kajian Tradisi Lisan. Universitas Negeri Jakarta.
Faruk. (2020). Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Pustaka Pelajar.
Finnegan, R. (1991). Oral Tradition and The Verbal Arts: A Guide to Research Practices. Routledge.
Forde, C. D. (1963). Habitat, Economy, and Society. New York: E. P. Dutton & Co., inc.
Hutomo, S. H. (1991). Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur: Hiski Komisariat Jawa Timur.
Igiasi, T. S., Wahyuni, S.-, & Niko, N. (2022). Laut Natuna: Makna Dan Cerita Generasi Milenial Di Pulau Tiga, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Jurnal Neo Societal, 7(4), 190.
Jannati, Malik, A., & Pujiastuti, I. (2021). Pantang-Larang dalam Kehidupan Masyarakat Melayu Kelarik Kecamatan Bunguran Utara Kabupaten Natuna. Student Online Journal (SOJ) UMRAH - Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2(1), 78–85.
Jumianti. (2016). Tradisi Beghembeh dalam Perspektif ’urf. Malang: Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Kadir, N. (2014). Prosesi Tepuk Tepung Tawar. Batam: Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau.
Lord, A. B. (1971). The Singer of Tales. New York: Atheneum.
Murni, D. (2018). Fungsi dan Makna Ritual Tradisi Lisan Teater Lang Lang Buana. Daun Lontar, 4(6), 77–85.
Mustafa. (2014). Adat Istiadat Nikah Kawin Melayu Tempatan Natuna. Natuna: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Putri, A. K., Satwika, Q. E., Sulistyana, Y., & Arindias, Z. (2019). Studi morfologi Piper betle L. dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari – hari. Universitas Sebelas Maret, 1–7.
Siska Putri, M., Asriati, A., Kunci, K., & Makan Sirih, T. (2014). Makna Sirih Dalam Tari Makan Sirih Di Tanjung Batu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun Kepulauan Riau. Universitas Negeri Padang, 2(2), 61–70.
Sudikan, S. Y. (2015). Metode Penelitian Sastra Lisan. Citra Wacana.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&D). Bandung: Alfabeta. Bandung: Alfabeta.
Suhardi, W. (2019). Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan. Natuna: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Sulistyorini, D., & Andalas, E. F. (2017). Sastra Lisan; Kajian Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Intrans Publishing.
Syafrizal, & Martinelli, I. (2023). Etnik Melayu dalam Setting Budaya Lokal Tepak Sirih sebagai Simbol Perlawanan (Tinjauan Sosiobudaya). Jurnal Administrasi Publik Dan Kebijakan, 3(1), 1–12.
Syarubany, A. H. M., Azzahra, M. P. K., Rahayu, R. S., & Prayoga, S. (2021). Pengaruh Pamali Sebagai Kearifan Lokal Dalam Mewujudkan Nilai Dan Norma Dalam Kehidupan Sosial Generasi Z. Jurnal Kewarganegaraan, 5(2), 570–577. https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.1945
Tarhusin, W. (2010). Bunguran Pulau Serindit. Natuna: Disporabudpar Natuna.
Wibowo, S. F. (2019). Fungsi Sosial Sastra Lisan dalam Masyarakat Bengkulu. Jurnal Lingko: Jurnal Kebahasaan Dan Kesastraan, 1(2).
Yuniva, F., & Pd, A. M. (2022). Sejarah perkebunan gambir di kabupaten lingga (1970-2015). Dinamika Sosial Budaya, Vol, 24(2), 687–697.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Destriyadi
![Creative Commons License](http://i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).