RECLAIMING BANYUMAS IDENTITY AN INTERPRETIVE STUDYABOUT IDENTITY AND CHARACTER OF LOCAL SOCIETY BASED ON LITERARY STUDIES OF HISTORY, ATTITUDES, BEHAVIOR, ARTS AND CULTURE

Authors

  • Oki Edi Purwoko Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto

DOI:

https://doi.org/10.24090/komunika.v10i1.868

Keywords:

Identity, Culture, Banyumas, Keraton, Inferiority Complex

Abstract

The objectives of these study is to explore more about Banyumas cultural identity through. Caused by politics and power in the past, some of writings indicated that there were alienation, seclusion towards Banyumas culture due to political objectives created by Keraton elite and Colonial ruler in the past. As many Javanese culture, This view exclude other forms of arts and culture which flourished besides the mainstream culture or in this case high culture as Keraton had. And then labeled those art as folk art, sometimes not representation of Javanese culture or even as included as non art at all. For instance, Prior to Indonesian Independence in 1945, art, culture and symbols represented by keraton in Yogyakarta and Surakarta considered appraised a higher status compared to Banyumas culture and identity. Contradicted with inferior behavior in general, Banyumas attitudes towards Keraton, are resistant, doubt, lowered, and even mocked them. It showed in daily life interactions especially when they dealt with Bandek language, the sublimity in Keraton rituals, art culture and philosophy and also nobility symbols. Banyumas people are commonly proud of their culture and identity but at the same time they feel inferior towards Keraton or Javanese mainstream culture. This study concentrated in inferiority complex phase based on Adler’s thesis. Response coming from Banyumas people is often paradoxical with the inferiority as a general. One of its implications was the emergence of new character as compensation. These compensation commonly reflected in two ways, first would be elevate own’s status and secondly lowering the others.The common attitudes shown on this compensations for example passionally willingness to be superior, insulting,hostile and indifference. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melakukan telaah lebih dalam mengenai kebudayaan Banyumas. Karena adanya politik dan kekuasaan yang bermain di masa lalu, beberapa tulisan mengindikasikan adanya alienasi, pengasingan terhadap kebudayaan Banyumas yang disebabkan karena tujuan politis yang diciptakan pihak – pihak keraton dan penguasa kolonial. Seperti kebudayaan Jawa yang lain, bentuk kesenian dan kebudayaan yang berkembang selain kebudayaan Keraton Jawa tidak dianggap sebagai perwakilan bentuk kebudayaan Jawa. Setelah itu, ada pemberian cap sebagai kebudayaan rakyat, kebudayaan yang rendah atau bahkan bukan kebudayaan sama sekali. Sebagai contoh, sebelum Kemerdekaan di tahun 1945, seni, budaya dan simbol - symbol yang dikeluarkan keraton Jogjakarta dan Surakarta dianggap memiliki status yang lebih tinggi dibanding identitas dan Kebudayaan yang ada di Banyumas. Berlawanan dengan sikap inferior secara umum, sikap orang Banyumas terhadap Keraton bersifat melawan atau menentang, ragu, merendahkan dan bahkan mengejek. Hal ini terlihat dalam interaksi setiap harinya terutama terkait dengan Bahasa Bandek yang khas digunakan pihak Keraton, Keagungan ritual di dalam keraton, seni budaya, filosofi serta simbol simbol keningratan. Orang Banyumas secara umum merasa bangga atas identitas kebudayaan yang dimilikinya namun di saat yang sama merasa inferior jika dibandingkan dengan kebudayaan Keraton yang dianggap sebagai kebudayaan Jawa yang dikenal secara umum. karena alienasi tersebut, kebudayaan Banyumas menurut Anderson Sutton, mengalami perendahan secara politis dan artistik terhadap Kebudayaan Keraton “â€subordinate politically and inferior artistically to the greatcourtsâ€(Sutton, 1986 : 116). Penelitian ini terfokus terhadap inferiority complex yang diambil dari pemikiran Alfred Adler. Karena respons dari masyarakat Banyumas yang seringkali berlawanan dengan sikap inferior secara umum. Salah satu implikasi dari sikap ini adalah compensation atau kemunculan sikap lain (Broh, 1979 : 178). Sikap ataun kompensasi ini umumnya muncul dalam dua sikap, yang pertama adalah dengan menaikkan status yang dimilikinya dan yang kedua merendahkan status yang dimiliki pihak lainnya. Sikap yang umum tercermin dari kompensasi tersebut adalah keinginan yang menggebu untuk unggul, memusuhi, merendahkan, melawan tidak peduli.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Journal:

Broh, C. Anthony. (1979, Vol 1 No 2) Political Behavior .Adler on the Influence of Siblings in Political Socialization. Desember 21, 2010. http://www.jstor.org/stable/586141

Cooper, Nancy L. (2004, Vol. 35 No. 3) Tohari‘s Trilogy: Passage of Power and Time in java. Cambridge University Press on behalf of Department of History, National University of Singapore Desember, 19 2010 http://www.jstor.org/stable/20072612

Hadianti, Chusni (2014, Vol. 4 No 10). Redefining Cablaka “Banyumasan Way of Speaking”: Is It Totally Explicature?. ISSN 1799-2591 Theory and Practice in Language Studies, Vol. 4, No. 10, pp. 2082- 2089, October 2014. ACADEMY PUBLISHER Finland.

Sutton, Anderson.(1986, Vol. 18) Yearbook for Traditional Music-International Council for Traditional Music.The Crystallization of a Marginal Tradition: Music in Banyumas, West Central Java, Desember 21, 2010 http://www.jstor.org/stable/768524

Sutherland, Heather. (1974, April 17) Notes on Java’s Regent Families: Part II. Southeast Asia Program Publications at Cornell University. 2009, Oktober 27, 2009. http://www.jstor.org/stable/3350770

Sukardi, Tanto. (2015). The End of the Feudal System in Banyumas, Central Java: Studies on the Impact of Colonial Intervention in the Sectors of Bureaucracy and Socio-Economic, 1830-1930. Tawarikh, International Journal for historical Studies. Minda Masagi Press Bandung and UNHAS Makassar, Indonesia ISSN 2085-0980 and website: www.tawarikh-journal.com

Paper and Magazines:

Khoiri, Ilham. Merayakan Budaya “Panginyongan”. Ilham Khoiri. Kompas, 20 Juni 2010.

Priyadi, Sugeng: Beberapa Karakter Orang Banyumas. Bahasa dan seni, 2003.

Kompas, Menonton Seni “Wetanan” di Bumi Ngapak. 20 September 2010.

Surakhmat, Identitas sastra Pinggiran Banyumas. Kompas, 11 mei 2010.

Nurbiajanti, Sitin dan Rita, Susana., Tegal dan Banyumas Lupa Bahasa Ibunya, Kompas 4 November 2009.

Swara Politika, Pilkades dan Praktik Demokrasi Desa, Laboratorium Ilmu Sosial dan Politik Universitas jendral Soedirman. Purwokerto. 2008.

Books:

Barker, Chris. Cultural studies Theory and Practice. 2004. Sage. London. Connor, Steven. Posmodernist Culture: An Introduction to Theories of
The Contemporary. 1987 Blackwell, UK.

Dalton, Russel J & Klingeman Hans-Dieter, The Oxford Handbook of Political Behaviour, 2007 Oxford University Press, New York USA.

Drolet, Michael etc. The Posmodern Reader, 2004. Routledge, NewYork.

Herusatoto, Budiono. Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa dan Watak. 2008LkiS Yogyakarta.

Gaffar, Affan. Javanese Voters., 1992 Gajah Madah University Press. Yogyakarta.

Santoso, Budi dkk. Identitas dan Poskolonialitas di Indonesia, 2003. Kanisius, Yogyakarta.

Gans, Herbert. J. Popular Culture and High Culture. 1974 Basic Books,Inc USA.

Griffin, EM, A First Look at Communication Theory fifth edition, 2005 McGraw-Hill USA.

Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication ninth ed. 2008 Thomson Wodsworth USA.

Mc.Nair, Brian. An Introduction of Political Communication third ed. 2003 Roultedge, London.

Rickelfs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004, 2001 Serambi, Jakarta.

Spradley, James P. Metode Etnografi ; Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth 1997, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.

S. Purwoko, Bambang & Adisarwono S. Sejarah Banyumas, 1992. UD Sarana, Purwokerto.

S. Purwoko, Bambang & Sudarmo, Marwin R. Sejarah Banyumas dari Masa ke Masa. 2010, Cetakan sendiri, Purwokerto.

Downloads

Published

2017-02-01

How to Cite

Purwoko, O. E. (2017). RECLAIMING BANYUMAS IDENTITY AN INTERPRETIVE STUDYABOUT IDENTITY AND CHARACTER OF LOCAL SOCIETY BASED ON LITERARY STUDIES OF HISTORY, ATTITUDES, BEHAVIOR, ARTS AND CULTURE. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 10(1), 128–141. https://doi.org/10.24090/komunika.v10i1.868

Issue

Section

Articles