Dialektika Agama dan Budaya dalam "Berkah" Nawu Sendang Selirang

Authors

  • Waryono Abdul Ghafur Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.24090/ibda.v15i1.710

Keywords:

Sendang Selirang, Abangan, Santri, Intellectuals, Harmony, Cendekiawan, Harmoni

Abstract

This article discusses Sendang Selirang, a local culture in Kotagede, Yogyakarta, the existence of which is conserved to the present time. There is a tradition to clean the pool located in the former Mataram kingdom in Kota Gede. This tradition has different meaning among the three different groups of people: abangan, santri, and the intellectuals. This article starts from Clifford Geertz’s interpretative ethnography to understand cultural events existing in the society. This research found that among abangan community, Sendang Selirang is a ritual and ceremony which is performed with religious emotion and considered to be mystical. This meaning is different from that the group of santri, represented by Muhammadiyah. For some Muhammadiyah activists, this tradition is a part of superstition, bid’ah, and kurafat, so that it should be avoided. Meanwhile, for the intellectuals, it is not enough to view this tradition only from religious perspective. It should also be viewed from cultural perspective. This view functions as mediation for the other two groups of community that potentially arise conflicts. This research also found that the different views among the communities are influenced not only by the religious factor, but also other factors, such as equality in handling the ceremony and material benefit. However, the unity in diversity should be highlighted to create harmony among them. Artikel ini membahas tentang Sendang Selirang sebagai salah satu budaya lokal khas di Kotagede Yogyakarta yang sampai sekarang masih dilestarikan. Ada tradisi membersihkan kolam yang berada di bekas lingkungan Kerajaan Mataram awal di Kotagede. Tradisi tersebut dimaknai secara berbeda oleh tiga kelompok di Kotagede: abangan, santri, dan intelektual. Tulisan ini berangkat dari kerangka yang dibangun oleh Clifford Geertz dengan etnografi interpretatifnya untuk memahami suatu peristiwa budaya yang terjadi di masyarakat. Hasil penelitian ini menun  jukkan bahwa bagi masyarakat abangan, Sendang Selirang menjadi ritus dan upacara yang dilaksanakan dengan emosi keagamaan dan mempunyai sifat keramat. Pemaknaan tersebut ternyata berbeda bagi kelompok santri yang direpresentasikan dengan Muhammadiyah. Bagi beberapa aktivis Muhammadiyah, tradisi nawu sendang (Sendang Selirang) merupakan bagian dari tahayul, bid’ah, dan kurafat sehingga harus dihindari. Sementara bagi kelompok “cendekiawanâ€, peristiwa nawu sendang tidak cukup dipandang dari sisi agama, namun juga dari sisi budaya. Ini sebagai “jalan tengah†untuk menengahi dua kelompok sebelumnya yang berpotensi konflik. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa perbedaan pandangan dari tiga kelompok tersebut dipengaruhi oleh bukan semata pandangan keagamaan masing-masing, tapi juga oleh faktor lain di luar agama, seperti pemerataan dalam penyelenggaraan dan keuntungan material. Kebersamaan dalam perbedaan tetap yang diutamakan, sehingga harmoni terus berjalan dengan baik.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, Irwan, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2006.

Abdullah, Taufik (Ed.), Sejarah Lokal Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010. (cetakan ke-6).

Ahimsa-Putra, Heddy Shri, Strukturalisme Levi-Strauss-Mitos dan Karya Sastra, Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Angelino, P. de Kat dalam Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta Tempo Doeloe-Sejarah Sosial 1880-1930, Jakarta: Komunitas Bambu, 2008.

Data Monografi Kelurahan Jagalan Tahun 2006.

Dwiyanto, Djoko, Kraton Yogyakarta-Sejarah, Nasionalisme & Teladan Perjuangan, Yogyakarta: Paradigma Indonesia, 2009.

Efendi, Yusuf, Dunia Orang Parangkusumo, Tesis di Jurusan Antropologi, UGM, 2006. (Tidak diterbitkan).

Geertz, Clifford, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin, Jakarta: Pustaka Jaya, 1981.
----------, Tafsir Kebudayaan, terj. Francisco Budi Hardiman, Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Geertz, Hildred, Keluarga Jawa, terj. Hersri. Jakarta: Grafiti Press, 1983.

Herusatoto, Budiono, Mitologi Jawa, Yogyakarta: Oncor Semesta Ilmu, 2012.

Heryanto, Mas Fredy, Mengenal Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta: Warna Grafika, 2003.

Jonge, Huub De, Garam Kekerasan dan Aduan Sapi-Esai-esai tentang Orang Madura dan Kebudayaan Madura, terj. Arief B. Prasetyo, Yogyakarta: LKiS, 2012.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1979.
----------, Ritus Peralihan Di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Laksono, PM., Visualitas, Gempa Yogya 27 Mei 2006, Working Paper no. 070507 dari Pusat Studi Asia Pasifik, Universitas Gadjah Mada (tidak diterbitkan).

Maula, M. Jadul, Ngesuhi Deso Sak Kukuban-Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi, Yogyakarta: LKiS, 2002.

Moedjanto, Kasultanan Yogyakarta & Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Nakamura, Mitsuo, Bulan Sabit Muncul Dari Balik Pohon Beringin, terj. Yusron Asrofie, UGM Press: Yogyakarta, 1983.
---------- The Crescent Arises over the Banyan Tree-A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, c. 1910s-2012 2nd Enlarged Edition, ISEAS Publishing: Singapore, 2012.

Pasha, Musthafa Kemal dan Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam-dalam Perspektif Historis dan Ideologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Polanyi, Transformasi Besar-Asal-usul Politik dan Ekonomi Zaman Sekarang. Terj. M. Taufiq Rahman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Ricklefs, MC., Sejarah Indonesia Modern, terj. Dharmono Hardjowidjono, Gadjah Mada University Press, 2007 (cetakan ke-9).

Riklefs, MC., “Perubahan Agama dan Perubahan Sosial”, pengantar dalam Ahmad Salehudin, Satu Dusun Tiga Masjid-Anomali Ideologisasi, Ideologisasi Agama dalam Agama, Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2007.

Riswan, Yulianingsih, Identitas dan Komodifikasi: Manifestasi Agama Hindu di Bali, Makalah disampaikan dalam Seminar Terbuka Hasil Penelitian Antar Budaya, Pusat Studi Asia Pasifik-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 8 November 2008.

R. Ng. Martohastono, Riwayat Pasarean Mataram I, (tanpa tahun).
------------, Riwayat Pasarean Mataram II, (tanpa tahun).
------------, Riwayat Pasarean Mataram III, (tanpa tahun).

Salehudin, Ahmad, Satu Dusun Tiga Masjid-Anomali Ideologisasi, Ideologisasi Agama dalam Agama, Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2007.

Sholeh, Khoirul, Wisata Spiritual-Menjelajah Situs-situs Bersejarah Spiritual di Sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta, Buku Kita: Jakarta, 2008.

Spradley, James P., Metode Etnografi, terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007.

Suseno, Franz Magnis, Etika Jawa- Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Tanpa penulis, Himpunan Sejarahing Nata Tanah Jawi, 1991.

Tim Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, Toponim Kota Yogyakarta, Yogyakarta: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, 2007.

Downloads

Published

2017-05-02

How to Cite

Ghafur, W. A. (2017). Dialektika Agama dan Budaya dalam "Berkah" Nawu Sendang Selirang. IBDA` : Jurnal Kajian Islam Dan Budaya, 15(1), 1–21. https://doi.org/10.24090/ibda.v15i1.710