The Morphology of Rencong Aceh in the Museum of Aceh

Authors

  • Abdul Manan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
  • Nasruan Hakim Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
  • Ahmad Zaki Husaini Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh

DOI:

https://doi.org/10.24090/ibda.v17i2.2941

Keywords:

morphology, rencong, Museum of Aceh, weapon

Abstract

As a fascinating weapon, Rencong Aceh cannot be separated from the life of Acehnese people. In order to describe the morphology of which, a qualitative method was implemented to collect the data through observation, interview and document analysis. The collected data were analyzed with descriptive analysis. The four types of Rencong Aceh – rencong meucugek, rencong meukuree, and rencong podoi or puntong – have the structure of Bismillahirrahmanirrahim entirely. Those also possess the letter of Ba. Every morphology form of Rencong Aceh is constant, either in the form of Bismillah, Bismillahirrahmanirrahim, or Ba. Philosophically, the compilation of morphology upon the weapons cannot be disconnected from the Islamic context developed within the social and culture understanding and its practice of the Acehnese people. Every beginning of an action should be initiated with the words of Bismillahirrahmanirrahim. The expression is done to get the mercy and blessing of God, particularly when the enemies attack.   Sebagai senjata yang memesona, Rencong Aceh tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh. Untuk menggambarkan morfologi, metode kualitatif diterapkan untuk mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan analisis dokumen. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif. Empat jenis Rencong Aceh - rencong meucugek, rencong meukuree, dan rencong podoi atau puntong - memiliki struktur Bismillahirrahmanirrahim seluruhnya. Mereka juga memiliki surat Ba. Setiap bentuk morfologi Rencong Aceh adalah konstan, baik dalam bentuk Bismillâh, Bismillâhirrahmanirrahim, atau Ba. Secara filosofis, kompilasi morfologi atas senjata tidak dapat dilepaskan dari konteks Islam yang dikembangkan dalam pemahaman sosial dan budaya dan praktiknya terhadap rakyat Aceh. Setiap awal tindakan harus dimulai dengan kata-kata Bismillâhirrahmanirrahim. Ungkapan itu dilakukan untuk mendapatkan rahmat dan berkah Tuhan, terutama saat musuh menyerang.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alamsyah, T., et al., (1990), Pedoman Umum Adat Aceh, Propinsi Daerah Istimewa Aceh, 1st ed., Banda Aceh: Lembanga Adat dan Kebudayaan Aceh, (LAKA).
D. Sirojuddin Ar, (2007) Kaleksi Karya Master Kaligrafi Islam, Cetakan Pertama, Jakarta: Darul Ulum Press.
Dahlia Umar, (2010) “Islam Multikulturalisme di Aceh”, Arabesk, No. 2. Vol. X, Banda Aceh: Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh Wilayah Kerja Provinsi Aceh dan Sumatera Utara
Departemen Pendidikan Nasional, (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th Edition, Jakarta: Gramedia.
Hamid Patilima, (2013), Metode Penelitian Kualitatif, 4th ed., Bandung: Alfabeta.
Harun Keuchik Leumiek, (1998), Perhiasan Tradisional Aceh, Banda Aceh: Toko Mas Dan Souvenir H. Harun Keuchik Leumiek.
Hasan Basri M. Nur, & Ahmad Zaki Husaini, (2015) Geografi Islam: Dari Geografer Muslim Klasik, Kiprah Penjelajah hingga Kantong-kantong Islam di Negara Non-Muslim, Banda Aceh: Yayasan Al-Mukarramah.
Imam Muhammad Bin Ahmad Bin Abdul Bari Al-Ahdali, (????), Kawakib Ad-Durriyah, Maktabah Darul Ihya, t.t.
Ihan Nurdin, (2004), “Romantisme Kampung Rencong”, The Atjeh Post, Year I, IX Edition, Banda Aceh: PT Media Sarakata.
Ketut Wiradnyana, (2011), Prasejarah Sumatera Bagian Utara: Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini, 1st Edition, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Laila Abdul Jalil, (2013), “Teknologi Logam Masyarakat Aceh”, Arabesk, No. 1. Vol. XIII, Banda Aceh: Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh Wilayah Kerja Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Leigh Barbara, (1989), Hands of Time : The Crafts of Aceh, Jakarta: Djambatan.
Mayeni, (2008), Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhammad Tammat, et al., (1996), Seni Rupa Aceh, Banda Aceh: Taman Budaya Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, (2008), Metode Penelitian Arkeologi, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
RM. Vonna Darsa, (2014), “Kerajianan Rencong di Desa Meunasah Blang Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara”, Undergraduate Thesis, Undergraduate Program of Education of Sendratasik, the Faculty of Education and Teacher Training, University of Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
Rusdi Sufi, et al., (2008), Aceh Tanah Rencong, Banda Aceh: Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
, et al., (2003), Sejarah Kebudayaan Aceh, Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi.
, et al., (1989), Sejarah Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Syaikh Ahmad bin Syaikh Hijaz, (â„– year), Al-Majalis As-Saniah, Haramain, t.t.
Sidi Ghazalba, (1968), Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, Jakarta: Pustaka Antara.
Sudirman, (2013), “Sejarah Teknologi Pembuatan Rencong”, Buletin Haba, No. 67 Year of XIII, Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh.
Suharsimi Arikunto, (1991), Manajemen Penelitian, Jakarta: Renika Cipta.
Syamsuddin, T., and Abbas, M. Nur., (1981), Reuncong, Banda Aceah: Museum Negeri Aceh.
Zainuddin, (1961), Tarich Atjeh Dan Nusantara, Medan: Pustaka Iskandar Muda.

Downloads

Published

2019-12-31

How to Cite

Manan, A., Hakim, N., & Husaini, A. Z. (2019). The Morphology of Rencong Aceh in the Museum of Aceh. IBDA` : Jurnal Kajian Islam Dan Budaya, 17(2), 280–301. https://doi.org/10.24090/ibda.v17i2.2941